Profil Desa Tempursari

Ketahui informasi secara rinci Desa Tempursari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tempursari

Tentang Kami

Profil Desa Tempursari, Sapuran, Wonosobo. Menelusuri jejak historis di balik namanya, pesona alam Gunung Wuwur, serta potensi agrikultur dan wisata religi yang menjadi pilar utama pengembangan desa di dataran tinggi Wonosobo

  • Identitas Historis yang Kuat

    Nama "Tempursari" berakar dari narasi sejarah pertempuran masa lalu, yang jejaknya diyakini masih tersimpan dalam situs-situs petilasan dan menjadi sumber kebanggaan komunal.

  • Potensi Wisata Alam Gunung Wuwur

    Diberkahi dengan Gunung Wuwur sebagai ikon geografis, desa ini memiliki aset alamiah luar biasa untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata alam, pendakian, dan gardu pandang.

  • Agrikultur Tanaman Keras yang Beragam

    Selain sayuran, perekonomian desa ditopang oleh komoditas tanaman keras seperti kopi, cengkeh, dan kapulaga, yang memberikan stabilitas ekonomi jangka panjang bagi petani.

XM Broker

Di antara sekian banyak desa di Kecamatan Sapuran, Desa Tempursari menonjol dengan nama yang sarat akan makna dan sejarah. Nama tersebut bukan sekadar label administratif, melainkan sebuah penanda narasi masa lalu yang diyakini oleh warganya sebagai inti dari jati diri mereka. Berpadu dengan lanskap alam yang dramatis, di mana Gunung Wuwur berdiri megah sebagai latar belakangnya, Tempursari menyajikan sebuah potret desa yang kaya akan potensi. Mulai dari cerita leluhur, kesuburan lahan pertanian, hingga pesona alam yang menanti untuk dieksplorasi, profil ini akan mengupas tuntas setiap lapisan yang membentuk Desa Tempursari.

Asal-Usul Historis dan Identitas Desa

Kekuatan utama yang membedakan Desa Tempursari ialah identitas historisnya yang kuat. Menurut penuturan lisan yang diwariskan secara turun-temurun, nama "Tempursari" berasal dari kata "tempur" yang berarti pertempuran dan "sari" yang bermakna inti atau bunga. Secara harfiah, nama ini dapat diartikan sebagai "inti dari pertempuran". Legenda setempat mengaitkan asal-usul desa ini dengan sebuah palagan atau medan pertempuran penting pada masa lampau, yang kemungkinan terjadi pada era perjuangan melawan kolonialisme atau konflik antar kerajaan di tanah Jawa.Cerita rakyat tersebut diperkuat dengan keberadaan beberapa situs yang dianggap keramat oleh warga, termasuk petilasan atau makam tokoh-tokoh yang diyakini sebagai pemimpin atau pejuang dalam pertempuran tersebut. Salah satu figur sentral dalam narasi ini seringkali disebut sebagai seorang kyai atau sesepuh yang memimpin laskar setempat. Keberadaan situs-situs ini bukan hanya menjadi bukti fisik dari sejarah desa, tetapi juga berfungsi sebagai pusat kegiatan spiritual dan budaya masyarakat.Identitas historis ini secara mendalam memengaruhi karakter sosial masyarakat Tempursari. Rasa kebanggaan terhadap perjuangan para leluhur menumbuhkan semangat kebersamaan dan ketangguhan. Kisah-kisah heroik tersebut seringkali diceritakan kembali dalam berbagai acara desa, berfungsi sebagai pengingat akan asal-usul dan nilai-nilai yang harus dijaga bersama. Dengan demikian, sejarah bukan lagi hanya catatan masa lalu, melainkan fondasi hidup yang membentuk pandangan dunia dan identitas komunal warga Desa Tempursari.

Geografi, Lanskap Alam dan Demografi

Secara geografis, Desa Tempursari terletak di kawasan perbukitan Kecamatan Sapuran. Wilayahnya memiliki kontur yang bervariasi, mulai dari lahan pertanian yang relatif datar hingga lereng-lereng curam yang menjadi bagian dari kaki Gunung Wuwur. Ikon geografis utama desa ini, Gunung Wuwur, mendominasi lanskap dan memberikan pengaruh besar terhadap iklim mikro serta sumber daya alam di sekitarnya.Desa Tempursari memiliki batas-batas administratif yang jelas. Di sisi utara, desa ini berbatasan dengan Desa Rimpak. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Glagah, sementara di sisi selatan bersebelahan dengan wilayah Kelurahan Sapuran. Adapun batas sebelah baratnya ialah Desa Bogoran.Luas wilayah Desa Tempursari tercatat sekitar 251 hektare. Dari total luas tersebut, sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, perkebunan, dan hutan rakyat. Sisanya merupakan area pemukiman yang tersebar di beberapa dusun. Berdasarkan data kependudukan terakhir, jumlah penduduk desa ini mencapai 3.541 jiwa. Angka tersebut menghasilkan tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.411 jiwa per kilometer persegi, menunjukkan konsentrasi pemukiman yang cukup padat di beberapa titik. Puncak Gunung Wuwur sendiri menawarkan panorama 360 derajat yang memukau, memperlihatkan hamparan wilayah Wonosobo dari ketinggian dan menjadi aset alam yang sangat berharga.

Perekonomian Agraris yang Beragam

Sektor pertanian merupakan denyut nadi utama perekonomian Desa Tempursari. Namun berbeda dengan desa-desa di dataran lebih rendah yang fokus pada sayuran semusim, struktur pertanian di Tempursari lebih beragam. Selain membudidayakan komoditas hortikultura seperti cabai, kubis, dan kentang, banyak petani di sini yang mengandalkan tanaman keras atau tanaman tahunan.Komoditas tanaman keras seperti kopi, cengkeh, dan kapulaga tumbuh subur di lereng-lereng perbukitan. Tanaman-tanaman ini menjadi investasi jangka panjang bagi para petani karena memiliki nilai ekonomi yang stabil dan tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi harga harian seperti halnya sayuran. Keberagaman komoditas ini menjadikan struktur ekonomi pertanian di Tempursari lebih tangguh dan tidak bergantung pada satu jenis tanaman saja.Seorang petani kopi di desa tersebut menjelaskan, "Meskipun panen kopi hanya setahun sekali, hasilnya bisa diandalkan untuk kebutuhan besar. Sementara untuk kebutuhan harian, kami mengandalkan hasil dari kebun sayur." Pola tanam tumpangsari antara tanaman keras dan tanaman semusim menjadi strategi cerdas para petani untuk mengoptimalkan lahan dan memitigasi risiko gagal panen. Selain pertanian, sebagian kecil warga juga menggeluti bidang peternakan, terutama kambing dan ayam, sebagai sumber pendapatan tambahan.

Potensi Emas: Pengembangan Wisata Sejarah dan Alam

Desa Tempursari menyimpan potensi yang sangat besar di sektor pariwisata, yang hingga kini belum tergarap secara optimal. Potensi tersebut merupakan kombinasi unik antara wisata sejarah-religi dan wisata alam. Dua aset utamanya, yakni narasi historis desa beserta situs petilasannya dan keindahan alam Gunung Wuwur, dapat diintegrasikan menjadi sebuah paket wisata yang menarik dan otentik.Pengembangan wisata dapat dimulai dengan menata dan melengkapi informasi di situs-situs bersejarah. Menjadikannya sebagai titik awal perjalanan wisata religi akan menarik minat pengunjung yang tertarik pada sejarah dan spiritualitas. Selanjutnya, perjalanan dapat dilanjutkan dengan aktivitas pendakian ringan (trekking) menuju puncak Gunung Wuwur. Pembangunan jalur pendakian yang aman dan nyaman, disertai dengan beberapa titik istirahat dan gardu pandang, akan meningkatkan daya tarik destinasi ini.Pemerintah desa bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) memegang peranan krusial dalam merealisasikan potensi ini. "Kami bermimpi Tempursari bisa menjadi desa wisata mandiri. Kami ingin pengunjung tidak hanya menikmati alam, tetapi juga belajar tentang sejarah dan kearifan lokal kami," ujar salah satu penggerak pemuda di desa. Pengembangan homestay atau rumah singgah di rumah-rumah penduduk juga dapat menjadi pilihan untuk memberikan pengalaman yang lebih mendalam bagi wisatawan sekaligus memberikan dampak ekonomi langsung kepada masyarakat.

Tata Kelola Pemerintahan dan Tantangan Pembangunan

Pemerintahan Desa Tempursari berjalan di bawah koordinasi Kepala Desa dan jajaran perangkatnya, yang didukung oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga mitra. Program pembangunan desa, yang sebagian besar didanai oleh Dana Desa, difokuskan pada peningkatan infrastruktur dasar seperti perbaikan jalan usaha tani, penguatan talud di area rawan longsor, dan penyediaan sarana air bersih.Meskipun memiliki potensi besar, Desa Tempursari dihadapkan pada beberapa tantangan. Pertama, akses infrastruktur menuju lokasi-lokasi potensial wisata, terutama ke area Gunung Wuwur, masih perlu banyak perbaikan. Kedua, diperlukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang kepariwisataan, mulai dari pemandu wisata, pengelolaan homestay, hingga pemasaran digital. Ketiga, memastikan bahwa pengembangan pariwisata tidak menggerus nilai-nilai keluhuran sejarah dan kelestarian lingkungan merupakan sebuah tantangan yang harus dijawab dengan perencanaan yang matang dan partisipatif.Dengan merawat sejarah sebagai fondasi, mengelola alam secara bijaksana, dan memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan, Desa Tempursari memiliki semua modal yang diperlukan untuk bertransformasi. Desa ini berpotensi menjadi destinasi unggulan yang menawarkan harmoni sempurna antara jejak masa lalu dan pesona alam yang abadi.